Analisis
Teori Lokasi Weber, Losch, dan Maksimum Laba Smith
Pada
Lokasi Sentral Oleh-oleh Khas Lampung Toko Manisan Lampung Yen Yen
Oleh:
1.
Ria
Pujianti 1211021097
2.
Rina
Anggraini 1211021099
3.
Rini
Novia Napitupulu 1211021100
4.
Richa
Susanti 1211021098
5.
Emia
Sri Kirana 1211021044
6.
Sinta
Anggraeni 1211021108

EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Oleh – oleh atau buah tangan merupakan suatu
cindramata yang dibawa oleh seseorang yang berkunjung ke suatu tempat dimana
cindrama tersebut dapat berupa makanan khas daerah yang dikunjungi atau sebuah
souvenir. Indonesia sendiri merupakan salah satu Negara yang menjadi destinasi
wisata bagi para wisatawan dunia. Dengan keindahan alam yang dimiliki serta
keramah tamahan masyarakatnya yang dikenal dunia, membuat Indonesia menjadi
salah satu Negara tujuan wisata para wisatawan dari berbagai penjuru dunia.
Perkembangan
Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara, Rata-rata Perjalanan, Pengeluaran per
Perjalanan Total Pengeluaran
Tahun
2009-2013
Tahun
|
Perjalanan (Ribuan)
|
Rata-rata Perjalanan (Kali)
|
Pengeluaran Per Perjalanan (Ribuan Rp)
|
Total Pengeluaran (Triliun Rupiah)
|
2009
|
229.731
|
1,92
|
600,30
|
137,91
|
2010
|
234.377
|
1,92
|
641,76
|
150,41
|
2011
|
236.753
|
1,94
|
679,58
|
160,89
|
2012
|
245.290
|
1,98
|
704,68
|
172,85
|
2013
|
250.036
|
1,92
|
711,26
|
177,84
|
Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS
Dapat terlihat dari data diatas bahwa jumlah
perjalanan dan pengeluaran wisatawa di Indonesia mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Hal ini dapat menjadi peluang baru bagi pendapatan nasional maupun
daerah di Indonesia jika mampu memanfaatkan kondisi ini. Salah satu yang dapat
dikembangkan adalah pengembangan sentra oleh-oleh. Selain sebagai salah satu
sumber pendapatan baru, sentra oleh-oleh juga dapat menjadi salah satu ciri
khas untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke dunia internasional.
Provinsi Lampung merupakan salah satu
Provinsi yang memiliki hasil perkebunan yaitu buah pisang. Selain dikirim
keluar Lampung dalam bentuk buah pisang yang masih utuh, Provinsi Lampung
sendiri mengolah pisang menjadi olahan kripik pisang. Dengan berkembangnya beberapa daya tarik wisata di beberapa
wilayah di Lampung serta potensi yang dimiliki Provinsi Lampung untuk dijadikan
destinasi wisata Indonesia menurut Pengembangan Destinasi Wisata Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tentu saja memberikan peluang tersendiri bagi
pengusaha-pengusaha baru untuk menciptakan bisnis baru.
Salah satu bisnis yang menarik yaitu
toko oleh-oleh. Bahkan dibeberapa daerah wisata justru souvenir atau oleh-oleh
memegang peranan penting dalam kemajuan di daerah tersebut. Salah satunya Industri yang mengolah pisang menjadi aneka macam
kripik pisang adalah Sentral Oleh-oleh Manisan
Yenyen. Dimana kripik pisang merupakan
makanan ringan yang banyak digemari oleh masyarakat dan dapat dijangkau oleh
semua kalangan sehingga kripik pisang menjadi salah satu makanan khas atau oleh
– oleh dari provinsi Lampung, di samping itu kiripik pisang juga di
jadikan sebagai oleh-oleh khas Lampung untuk bidang agroindustri ( industri
makanan ) selain sebagai oleh-oleh atau buah tangan kripik pisang juga
merupakan salah satu media promosi gratis bagi Provinsi Lampung karena secara
tidak langsung wisatawan yang membeli kripik pisang / kripik pisang Yenyen akan
pulang ke daerahnya masing - masing, dimana wisatawan itu juga akan
mempromosikan Provinsi Lampung di daerah
asalnya, yang akan berimbas pada semakin banyaknya wisatawan lain yang akan
dating ke Lampung dan dengan banyaknya wisatawan yang datang akan menimbulkan lapangan kerja bagi
masyarakat sekitar lokasi industry dan
terjadinya pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat Lampung. Dengan adanya Industri kripik ini dapat menyerap tenaga kerja,
meningkatkan nilai tambah pada komoditi itu sendiri dan menjadi sumber
pendapatan bagi pemilik usaha tersebut yang diharapkan juga dapat berpengaruh
dalam meningkatkan ekonomi masyarakat local. Sehingga dengan adanya industry
kecil dapat berpengaruh terhadap perekonomian di provinsi tersebut. Dimana
masyarakat memiliki suatu penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan mereka sehari – hari dan tidak hanya tergantung terhadap bantuan dari
pemerintah.
Dalam pemilihan lokasi bisnis atau
industri bisa dibilang membawa pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
industri dimasa yang akan datang. Maka penentuan suatu lokasi industry sangat
ditentukan oleh aspek lingkungan sekitar yang akan dijadikan tempat berbisnis.
Apalagi jika bisnisnya menitikberatkan pada operasinya di dunia nyata, bukan
bisnis melalui dunia online. Pemilihan lokasi yang kurang tepat bisa
mengakibatkan bisnis tidak berjalan sesuai keinginan yang diharapkan. Sehingga
pemilihan lokasi tersebut sangatlah penting dalam mendirikan suatu industry
yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pendapatan secara maksimal. Lokasi
yang baik adalah suatu persoalan individual. Hal ini sering disebut pendekatan situasional atau contingency untuk pembuatan keputusan. Adapun faktor-faktor yang
dijadikan pertimbangan dalam pemilihan lokasi suatu industry yaitu harga tanah,
dominasi masyarakat, peraturan-peraturan tenaga kerja dan relokasi, kedekatan
dengan pebrik-pabrik dan gudang-gudang lain perusahaan maupun para pesaing,
tingkat pajak, kebutuha untuk ekspansi, cuaca atau iklim, keamanan, serta
konsekuensi pelaksanaan peraturan tentang lingkungan hidup.
1.2.
Rumusan
Masalah
Dalam penjelasan di atas
makalah ini akan menganalisis tentang Analisis Teori Webber, Teori August
Losch, dan Maksimum Laba di tempat Sentral Oleh – oleh Manisan Yenyen.
1.3.
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana penerapan Teori Webber, Teori August Losch, dan Maksimum
Laba dalam pemilihan lokasi industry Sentral Oleh-oleh Manisan Yenyen di
Provinsi Lampung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori
Lokasi Weber
Alfred Weber (1907 –
1933), memiliki teori yang menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya
diletakkan di tempat yang memiliki biaya yang paling minimal. Menurut teori
Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber
menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya
transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum.
Tempat dimana total biaya transportasi
dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang
maksimum. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku
Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk
memperoleh lokasi optimum yang menunjukkan
apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar.
Menurut Weber, ada
tiga faktor utama yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu faktor tenaga kerja
dan biaya transportasi yang merupakan faktor regional yang bersifat umum serta
faktor deglomerasi/aglomerasi yang bersifat lokal dan khusus. Weber berbasis
kepada beberapa asumsi utama, antara lain:
1.
Lokasi
bahan baku ada di tempat tertentu begitu pula dengan situasi dan ukuran tempat
konsumsi, sehingga terdapat suatu persaingan sempurna.
2.
Ada
beberapa tempat pekerja yang bersifat tak mudah bergerak.
Dalam menyusun konsepnya, Weber
melakukan penyederhanaan dengan membayangkan adanya bentang lahan yang homogen
dan datar, serta mengesampingkan upah buruh dan jangkauan pasaran.
Dengan menggunakan
ketiga asumsi di atas, maka biaya transportasi akan tergantung dari dua hal,
yaitu bobot barang dan jarak pengangkutan. Apabila yang menjadi dasar penentu
bukan bobot melainkan volume, maka yang menentukan biaya pengangkutan adalah
volume barang dan jarak pengangkutan. Pada prinsipnya, yang harus diketahui
adalah unit yang merupakan hubungan fungsional dengan biaya serta jarak yang
harus ditempuh dalam pengangkutan itu (memiliki tarif sama). Di sini dapat
diasumsikan bahwa harga satuan angkutan sama, sehingga perbedaan biaya angkutan
hanya disebabkan oleh perbedaan berat benda yang diangkut dan jarak yang
ditempuh.

Apabila IM>1,
perusahaan akan berlokasi dekat ke bahan baku dan apabila IM<1 perusahaan
akan berlokasi dekat dengan pasar. Weber mengelompokkan industri menjadi dua,
yaitu industri yang weight losing (industri yang hasil produksinya memiliki
berat yang lebih ringan daripada bahan bakunya, misalnya industri kertas.
Industri ini memiliki indeks material <> 1). Dengan indeks material >
1, maka biaya transportasi bahan baku
menuju pabrik akan lebih mahal apabila dibandingkan dengan biaya transportasi
produk jadi menuju pasaran (market).
Oleh karena itu, lokasi pabrik seharusnya diletakkan di dekat sumber bahan baku
(resources oriented). Sebaliknya, bagi industri yang berjenis weight gaining,
maka lokasi industri lebih baik diletakkan di dekat pasar. Penggunaan kedua
prinsip untuk menentukan lokasi industri di atas akan mengalami kesulitan
apabila berat benda yang masuk ke dalam perhitungan tidak jauh berbeda.
Pada intinya, lokasi akan optimal apabila pabrik
berada di sentral, karena biaya transportasi dari manapun akan rendah. Biaya
tersebut berkaitan dengan dua hal, yaitu transportasi bahan mentah yang
didatangkan dari luar serta transportasi hasil produksi yang menuju ke pasaran.
Weber juga menjelaskan mengenai adanya gelaja
aglomerasi industri. Gejala aglomerasi merupakan pemusatan produksi di lokasi
tertentu. Pemusatan produksi ini dapat terjadi dalam satu perusahaan atau dalam
berbagai perusahaan yang mengusahakan berbagai produk. Gejala ini menarik
industri dari lokasi biaya angkutan minimum, karena membawakan berbagai bentuk
penghematan ekstern yang disebut Aglomeration Economies. Tentu saja
perpindahan ini akan mengakibatkan kenaikan biaya angkutan, sehingga dilihat
dari segi ini tidak lagi optimum. Oleh karena itu, industri tersebut baru akan
pindah bila penghematan yang dibawa oleh Aglomeration Economies lebih
besar daripada kenaikan biaya angkutan yang dibawakan kepindahan tersebut.
Perkembangan suatu kawasan (region) berasal dari satu
titik, yaitu pusat kota yang dalam tahap selanjutya bersifat menyebar. Setiap
perkembangan yang terjadi pada suatu kawasan, terutama dalam kaitannya dengan
sektor industri, akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mendorong
perkembangan sektor-sektor lainnya. Maka, dapat dikatakan pula bahwa
perkembangan suatu kawasan mempunyai dampak terhadap perkembangan kota yang
berada di sekitarnya.
Salah satu faktor yang juga mempengaruhi perkembangan
kawasan industri tersebut adalah terdapatnya sarana transportasi yang memadai.
Peranan sarana transportasi ini sangat penting bagi suatu kawasan untuk
menyediakan aksesibilitas bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
akan barang dan jasa, serta untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Semakin
kecil biaya transportasi antara lokasi bahan baku menuju pabrik dan dari pabrik
menuju pasaran (market), maka jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut
bahan baku maupun hasil produksi juga akan semakin rendah.
Dengan memperhitungkan berat bahan baku = w (S1) ton
yang akan ditawarkan di pasar M, w (S1) dan w (S2) ton material yang berasal
dari masing-masing S1 dan S2 yang diperlukan, masalahnya berada dalam mencari
lokasi pabrik yang optimal P terletak di masing-masing jarak d (M), d (S1) dan d
(S2). Beberapa metodologi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah seperti
menggambarkan sebuah analogi ke dalam sistem bobot dan pulleys (Varignon's
solusi) atau menggunakan trigonometri. Cara lain yang biasanya dipilih oleh
para ahli geografi adalah dengan SIG.
Teori Lokasi Weber ini bisa menjelaskan dengan sangat
baik mengenai indutri berat mulai revolusi industri sampai dengan pertengahan
abad dua puluh. Bahwa kegiatan yang lebih banyak menggunakan bahan baku
cenderung untuk mencari lokasi dekat dengan lokasi bahan baku, seperti pabrik
alumunium lokasinya harus dekat lokasi tambang dan dekat dengan sumber
energi (listrik). Kegiatan yang menggunakan bahan baku yang mudah ditemukan
dimana saja seperti air, cenderung dekat dengan lokasi pasar. Untuk menilai
masalah ini, Weber mengembangkan material index yang diperoleh dari berat
input dibagi berat dari produk akhir (output). Jika material indexnya lebih
dari 1 maka lokasi cenderung kearah dekat dengan bahan baku, jika kurang dari 1
maka penentuan lokasi industri cenderung mendekati pasar.
Industri primer adalah Industri yang menghasilkan barang-barang tanpa
pengolahan lebih lanjut sehingga bentuk dari bahan baku/mentah masih tampak.
Contohnya industri pengasinan ikan, penggilingan padi, anyaman. Jadi industri
primer ini aktivitasnya lebih banyak menggunakan bahan baku, sehingga
menurut teori webber lokasi industrinya yang tepat adalah dekat dengan bahan
baku.
2.2 Teori
August Losch
August Losch menulis sebuah teori lokasi didalam
bukunya yang berjudul Economics of Location pada tahun 1954. Berbeda dengan
teori Weber yang mengungkapkan teori lokasinya berdasarkan letak bahan baku,
teori Losch mengungkapkan teorinya berdasarkan kemampuan sebuah produksi untuk
menjaring konsumen sebanyak-banyaknya.
Maksudnya, semakin jauh dari pasar maka konsumen
menjadi enggan membeli karena mahalnya biaya transportasi menuju tempat
penjualan yang jauh. Sehingga produsen harus memilih lokasi industri yang
mempunyai tempat yang cukup dekat dengan konsumen agar dapat memperoleh
keuntungan yang maksimal.
Dalam teorinya, Losch lebih menyarankan agar lokasi
industri terletak di pasar atau mendekati pasar. Ini mempunyai tujuan untuk
menemukan pola lokasi industri sehingga dapat ditemukan keseimbangan spasial
antar lokasi. Menurut pendapat Losch, dalam lokasi industri yang tampak tidak
teratur dapat ditemukan pola keberaturan. Oleh karena itu Losch merupakan
pendahulu dalam mengatur kegiatan ekonomu secara spasial dan merupakan pelopor
dalam teori ekonomi regional modern. Teori Losch berasumsi bahwa suatu daerah
yang homogen yang mempunyai distribusi sumber bahan mentah dan sarana angkutan
yang merata serta selera konsumen yang sama. Contoh kegiatan tersebut merupakan
pertanian yang mempunyai skala kecil yang pada dasarnya ditujukan untuk
pemenuhan kebutuhan masing-masing petani. Akan timbul perdagangan baru apabila
terdapat kelebihan produksi.
Untuk memperoleh keseimbangan, maka ekonomi ruang Losch harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Untuk memperoleh keseimbangan, maka ekonomi ruang Losch harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Setiap
lokasi industri harus menjamin keuntungan maksimum bagi penjual maupun pembeli.
2. Terdapat
cukup banyak usaha pertanian dengan penyebaran cukup merata sehinggan seluruh
permintaan yang ada dapat dilayani.
3. Terdapat
free entry dan tak ada petani yang memperoleh super-normal profit sehingga tak
ada rangsangan bagi petani dari luar untuk masuk dan menjual barang yang sama
di daerah tersebut.
4. Daerah
penawaran adalah sedemikian hingga memungkinkan petani yang ada untuk mencapai
keuntungan dengan besar maksimum.
5. Konsumen
bersifat indifferent terhadap penjual manapun dan satu-satunya pertimbangan
untuk membeli dengan harga yang rendah.
Pada teori ini, wilayah pasar bisa berubah jika
terjadi inflasi (perubahan) harga. Hal ini disebabkan karena produsen tidak
dapat memenuhi permintaan dikarenakan jarak yang terlalu jauh sehingga mengakibatkan
biaya transportasi naik. Ini akan mengakibatkan harga jualnya juga naik. Karena
tingginya harga jual, maka pembelian juga akan berkurang. Hal ini mendorong
petani untuk melakukan proses produksi yang sama untuk memenuhi permintaan yang
belum terlayani. Dengan banyaknya petani yang menawarkan produk yang sama, maka
akan terjadi keadaan seperti berikut:
1. Permintaan
dari seluruh daerah akan terpenuhi.
2. Akan terjadi
persaingan antar petani penjual yang semakin tajam dan berebut pembeli.
Menurut pendapat Losch pada akhirnya luas daerah pasar
masing-masing petani penjual akan menyempit dan dalam keseimbangannya akan
terbentuk segienam beraturan. Bentuk ini menggambarkan daerah penjualan
terbesar yang masih dapat dikuasai setiap penjual dan berjarak minimum dari
tempat lokasi kegiatan produksi yang bersangkutan. Keseimbangan yang dicapai
dalam teori ini berasumsi bahwa harga hanya dipengaruhi oleh permintaan dan
penawaran, oleh karena apabila penjual menaikkan harga jualnya maka
keseimbangannya akan terganggu. Ini akan berakibat bukan hanya pada pasar yang
semakin menyempit karena konsumen tidak mampu membeli tetapi sebagian pasar
akan hilanh dan direbut oleh prnjual yang berdekatan.
Salah satu cara untuk memperluas jangkauan pasar dapat
dilakukan dengan menjual barang yang berbeda dari yang sudah ditawarkan.
Teori sektor yang dikemukakan olah Losch menyebutkan bahwa jaringan heksagon tidaklah sama penyebarannya. Tetapi di sekeliling tempat sentralnya masih ada enam faktor yang memiliki wilayah luas dan ada enam sektor yang memiliki wilayah sempit. Oleh karena itu Losch menggambarkan teori tersebut dalam bentuk roda.
Teori sektor yang dikemukakan olah Losch menyebutkan bahwa jaringan heksagon tidaklah sama penyebarannya. Tetapi di sekeliling tempat sentralnya masih ada enam faktor yang memiliki wilayah luas dan ada enam sektor yang memiliki wilayah sempit. Oleh karena itu Losch menggambarkan teori tersebut dalam bentuk roda.

Roda Losch
Menurut Losch, munculnya daerah pasar disekeliling
setiap tempat sentral juga dipengaruhi oleh adanya jaringan daerah-daerah pasar
untuk setiap kelompok barang. Jaringan-jaringan ini terletak secara sistematis
di dalam wilayah-wilayah ekonomi yang terbagi di seluruh dunia menurut hukum
tertentu.
2.3
Laba
Maksimum
Dalam
memproduksi suatu produk kadang Produsen akan selalu memilih produksi dimana
bisa memperoleh keuntungan yang paling besar (maksimum). Bila telah
mencapai posisi ini, produsen dikatakan telah berada di posisi
ekuilibrium. Dikatakan posisi ekuilibrium karena pada posisi ini tidak
ada kecenderungan baginya untuk mengubah tingkat harga dan produksi, sebab
jika dilakukan perubahan pada salah satu komponen tersebut maka total
keuntungan justru menurun.
Untuk mengetahui produk yang mencapai posisi
ekuilibrium atau laba maksimum dapat dilakukan dengan cara :
1.
Pendekatan total penerimaan (TR) dan total
biaya (TC), dicari selisih antara TR dan TC yang paling besar.
2.
Dengan pendekatan hasil penerimaan marginal
(MR) dan biaya marginal (MC) dimana MR = MC (penerimaan marginal sama
dengan biaya marginal).
Terdapat
tiga pendekatan perhitungan laba maksimum (Rahardja, Manurung) yaitu :
1.
Pendekatan
Totalitas (totality approach)
Pendekatan
totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Jika harga
jual per unit output (P) dan jumlah unit output yang terjual (Q), maka TR =
P.Q. Biaya total adalah jumlah biaya tetap (FC) ditambah biaya variable per
unit(v) dikali biaya variable per unit, sehingga:
π = P.Q – (FC + v.Q)
Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi penjualan maksimum (maximum selling). Sebab semakin besar penjualan makin besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung berapa unit output yang harus diproduksi untuk mencapai titik impas. Kemudian besarnya output tadi dibandingkan dengan potensi permintaan efektif.
2.
Pendekatan
Rata-rata (average approach)
Dalam
pendekatan ini perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan antara
biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P) kemudian laba total
dihitung dari laba per unit dikali dengan jumlah output yang terjual.
π
= (P - AC).Q
Dari
persamaan ini, perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output
(P) lebih tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan akan mencapai angka
impas bila P sama dengan AC.
Keputusan untuk memproduksi
atau tidak didasarkan perbandingan besarnya P dengan AC. Bila P lebih kecil
atau sama dengan AC, perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi pendekatan
rata-rata adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual sebanyak-banyaknya
(maximum selling) agar laba (π) makin besar.
3.
Pendekatan
Marginal (marginal approach)
Perhitungan
laba dilakukan dengan membandingkan biaya marginal (MC) dan pendapatan marginal
(MR). Laba maksimum akan tercapai pada saat MR = MC.
π
= TR – TC
Laba maksimum tercapai bila turunan
pertama fungsi π(δ π /δQ) sama dengan nol dan nilainya sama dengan nilai
turunan pertama TR (δTR/ δQ atau MR) dikurangi nilai turunan pertama TC (δTC/
δQ atau MC). Sehingga MR – MC = 0. Dengan demikian, perusahaan akan memperoleh
laba maksimum bila ia berproduksi pada tingkat output di mana MR = MC.
BAB
III
GAMBARAN
UMUM WILAYAH STUDI DAN PEMBAHASAN (ANALISIS)
3.1 Gambaran
Umum Wilayah Studi
Toko
Manisan Lampung Yen Yen merupakan toko oleh-oleh khas Lampung yang telah
berdiri selama 24 tahun, sejak tahun 1991. Toko Manisan Lampung Yen Yen teletak
di daerah Teluk Betung, Bandar Lampung. Lebih tepatnya toko ini berada di Jalan
Ikan Kakap Nomor 86, Teluk
Betung Banda Lampung.

Terletak
di daerah yang mayoritas berdiri
bangunan-bangunan tua tersebut banyak berjejer toko makanan ringan. Toko ini
menjajakan makanan khas Lampung yang bisa dijadikan buah tangan. Toko yang sangat
terkenal dan biasanya menjadi rujukan untuk para pelancong ini satu baris dengan
Vihara/Klenteng yang bercat merah. Selain itu, toko ini juga
berdekatan dengan beberapa
kantor pemerintah dan swasta seperti Kantor Gubernur, Kantor Imigrasi, Bank
Indonesia, dan beberapa kantor lainnya. Tokonya berbentuk ruko namun tidak terlalu besar. Toko ini
menjadi istimewa karena menjual oleh-oleh dengan rasa yang
sudah terbukti dengan harga yang terjangkau dengan mayoritas merk sendiri yaitu
’Yen Yen’.


Toko Manisan Lampung
Yen Yen dapat menjadi referensi bagi para turis dan wisatawan yang berkunjung
ke Lampung untuk membeli buah tangan khas dari Provinsi Lampung. Selain
memberikan harga yang murah dan terjangkau, produk toko Manisan Lampung Yen Yen
juga memiliki keunggulan dibandingkan toko lainnya yang sejenis, diantaranya:
a.
Produk yang dijual selalu baru. Hal ini
dikarenakan produk yang dijual di toko ini selalu laris manis sehingga produk
yang disediakan selalu habis terjual sebelum tanggal expired dari produk
tersebut.
b.
Produk yang dijual di Toko Manisan Lampung Yen
Yen sangat higienis. Hal ini karena kebersihan produk selalu menjadi factor
utama dalam memproduksi produk yang akan di jual di toko Manisan Lampung Yen
Yen.
c.
Dalam hal rasa, kualitas dari produk yang dijual
di Toko Manisan Lampung Yen Yen sangatlah gurih. Selain itu, terdapat berbagai
varian rasa seperti keju, susu, duren, strawberry, coklat, melon, dll.
d.
Dari segi kualitas tentunya kualitas dari produk
yang dijual di toko ini sangatlah baik karena toko ini sangat mementingkan
loyalitas dari konsumennya.
e.
Pelayanan yang ramah dan murah senyum dari semua
pegawai di toko ini.
f.
Terdapat jasa pesan antar baik untuk daerah
Bandar Lampung maupun di luar Bandar Lampung.
3.2 Pembahasan
(Analisis)
Dalam
melakukan survey di Toko Manisan Lampung Yen Yen terkait dengan pemilihan
lokasi berdasarkan teori Weber, Losch, dan Maksimum Laba Smith, diajukan
beberapa pertanyaan yaitu:
a. Mengapa pemlihan lokasi ini terletak
di teluk?
b.
Sudah
berapa lama usaha ini berjalan?
c. produk apa saja yang menjadi unggulan
Manisan Yen Yen ini?
d.
Darimanakah
bahan baku produk berasal?
e.
Berapa
kg berat bahan baku untuk menghasilkan produk?
f.
Berapa
jarak ke bahan baku?
g.
Berapakah
besar produk yang dihasilkan dari input yang digunakan?
h.
Berapa
besarnya biayaangkut untuk membawa bahan baku?
i.
Berapakah
jumlah tenaga kerja di tempat usaha manisan Yenyen ini?
j.
Berapakah
pendapatan/omzet usaha ini per bulannya?
k.
Berapakah
pendapatan perbulan setiap tenaga kerja di tempat usaha ini?
l.
Berapakah
rata-rata jumlah pengunjung/konsumen rata-rata perhari?
m. Berapakah biaya produksi yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produk?
n.
Apakah
keunggulan manisan Yenyen dibandingkan dengan toko lainnya yang sejenis?
Berikut ini merupakan hasil analisis pemilihan lokasi
dengan beberapa teori lokasi:
1.
Konsep
Teori Weber dalam Pemilihan Lokasi Oleh-oleh Khas Lampug Yen-Yen
Toko Oleh-oleh
khas Lampung Yen Yen berlokasi di Jalan Ikan Kakap No.86, Teluk Betung Selatan,
Kota Bandar Lampung. Berdasarkan hasil
wawancara langsung pada hari Sabtu tanggal 30 mei 2015, pemilihan Lokasi toko
sentral oleh-oleh ini didasarkan pada lokasi yang dekat dengan rumah pemilik
toko oleh-oleh khas Lampung Yen Yen atau yang lebih dikenal dengan toko Manisan
Lampung Yen Yen. Selain itu tempat yang dianggap strategis ini karena dekat dengan pusat perkantoran,
perbelanjaan, klenteng (tempat ibadah), dll juga menjadi salah satu alasan
pemilihan lokasi Manisan Lampung Yen Yen.
Jika dicoba
dianalisa melalui Teori Weber yang mendasarkan teorinya bahwa pemilihan lokasi
Industri didasarkan pada Prinsip Minimisasi Biaya. Weber menyatakan bahwa
lokasi setiap industry tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga
kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum.
Menurut Weber,
biaya transportasi merupakan factor utama dalam melakukan lokasi. Yang diukur berdasakan
berat lokasional. Dalam industry Manisan Lampung Yen Yen, berat lokasional
antara setiap bahan baku adalah sama. Dengan pengangkutan yang dilakukan dengan
truk milik pribadi sehingga mampu menghemat biaya transportasi yang hanya
Rp.200.000 setiap kali angkut, dan dilakukan setiap dua hari sekali. Total
bahan baku yang diangkut setiap 2 hari sekali yaitu 1 ton setiap angkut untuk
memenuhi permintaan pasar dan tetap menjaga kualitas dari produksi Manisan
Lampung Yen Yen tersebut.
Sehingga untuk
menunjukkan apakah lokasi optimum lebih dekat ke lokasi baha baku atau pasar,
Weber merumuskan Indeks Material (IM) sebagai berikut:

Dimana jika IM>1
maka perusahaan akan berlokasi dekat ke bahan baku, dan apabila IM<1 Maka
perusahaan akan berlokasi dekat dengan pasar.
Jika berdasarkan hasil wawancara
diketahui bahwa setiap harinya toko ini membutuhkan 1 ton bahan baku untuk
kegiatan produksinya, sedangkan dari 1 ton itu menghasilkan 700 kg produk
akhir. Jika dilihat dari hal tersebut maka perhitungan Indeks Material akan
menjadi:

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai
Indeks Material Weber adalah sebesar 1,42 atau >1, hal ini menunjukkan bahwa
lokasi optimum weber seharusnya adalah dekat dengan banhan baku.
Namun, lokasi bahan
baku yang banyak dan tersebar di seluruh daerah di Provinsi Lampung menyulitkan
pemilihan lokasi dekat dengan bahan baku optimum berdasarkan berat lokasional
Weber. Selain itu pengangkutan bahan baku yang menggunakan truk pribadi membuat
biaya untuk memperoleh bahan baku operasonal lebih rendah.
Pemilihan lokasi yang
tidak dekat dengan bahan baku didasarkan pada keuntunga non transportasi,
antara lain upah buruh yang lebih murah/ lebih mudah diperoleh, lebih
tersedianyan fasilitas pendukung seperti pasar untuk kebutuhan sehati-hari,
faslitas kesehatan, listrik, air, telekomunikasi dan lain-lain. Artinya,
apabila industry memilih lokasi di tempat tersebut, tambahan biaya transportasi
akan diimbangi oleh penghematan di luar biaya transportasi.
Biaya tenaga kerja
merupakan factor kedua yang dapat mempengaruhi lokasi industry. Jika
penghematan biaya tenaga kerja per unit produksi lebih besar daripada tambahan
biaya transportasi per unit produksi akan menyebabkn berpindahnya lokasi ke
dekat sumber tenaga kerja dibandingkan dengan sumber bahan baku dengan biaya
transportasi terendah. Jika dilihat dari produksi yang dilakukan dalam industry
manisan Lampung Yen Yen, maka penempatan lokasi akan lebih baik dekat dengan
sumber tenaga kerja.
Jika dilihat biaya
transportasi untuk setiap pengiriman bahan baku yang dilakukan dalam satu hari
adalah Rp.200.000, maka dalam satu bulan memerlukan dana rata-rata sebesar
Rp.3.000.000 sebagai biaya transportasi untuk truk milik pribadi. Sedangkan
upah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk 20 orang pegawai dalam satu bulan
dengan gaji katakanlah minimal sebesar UMR Bandar Lampung sebesar Rp.1.757.000
maka dalam satu bulan memerlukan dana rata-rata sebesar Rp.35.140.000 untuk
biaya tenaga kerja terendah. Jika memutuskan untuk pindah ke lokasi dekat
sumber bahan baku untuk menurunkan biaya transportasi maka justru tambahan
biaya tenaga kerja akan lebih besar dibandingkan penghematan dalam biaya
transportasi. Terlebih lagi bahan baku yag tidak hanya didapat dari satu lokasi
melainkan banyak lokasi sehingga biaya transportasi pasti ada dan hanya
berkurang sedikit. Keterampilan dan keahlian tenaga kerja baru juga harus
diperhitungkan dalam tambahan biaya tenaga kerja jika lokasi industry
dipindahkan.
2.
Konsep
Teori Losch
Berbeda dengan Weber
yang melihat persoalan dari sisi produksi, Losch melihat persoalan dari sisi
permintaan (pasar), atau kemampuan produksi untuk menjamin konsumen
sebanyak-banyaknya. Menurut Losch, lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap
jumlah konsumen yang akan digarapnya. Semakin jauh dari pasar maka konsumen
akan enggan membeli karena biaya transportasi yang semakin mahal. Untuk
mengetahui lokasi tempat lokasi oleh-oleh Lampung yang dikenal dan banyak
dikunjungi dilakukan wawancara oleh beberapa narasumber, dan hasil wawancara
menghasilkan empat toko oleh-oleh khas Lampung yang banyak dikunjungi dan
menjadi pesaing bagi Toko Manisan Lampung Yen-Yen. Dari hasil pertanyaan
diperoleh:
Toko Oleh-Oleh
|
Alamat
|
Jumlah
|
Manisan Lampung Yen-Yen
|
Jl. Ikan Kakap No.86 Teluk Betung
|
18
|
Kripik Suseno
|
Jl. Ikan Kakap No.78 Teluk Betung
|
13
|
Kripik Mery
|
Jl. Pagar Alam Gg. PU
|
11
|
Askha Jaya
|
Jl. Pagar Alam Gg. PU
|
8
|
Sumber: Hasil Survey Peneliti
Berdasarkan data tersebut maka dilakukan
survey dengan sampel di setiap daerah dan menghasilkan:
Jumlah Konsumen Toko Oleh-Oleh Khas
Lampung
Di Teluk Betung dan Gg. PU Per Hari
Toko Oleh-oleh
|
Jumlah Konsumen
|
|
Minimal
|
Maksimal
|
|
Jalan Ikan Kakap, Teluk Betung
|
350
|
900
|
Jalan Pagar Alam Gg. PU
|
450
|
750
|
Dalam satu hari, toko
manisan Lampung Yen Yen diketahui didatangi hampir sekitar 500 konsumen, paling
sedikit toko ini melayani 200 konsumen. Jika dibandingkan dengan lokasi sentral
oleh-oleh lainnya, maka dapat terlihat perbedaan jumlah konsumen antara
Dengan lokasi yang
berada di Jalan Kakap Teluk Betung ini, toko manisan Lampung Yen Yen berada
dalam lokasi yang strategis untuk menjangkau pangsa pasarnya. Lokasi yang
berdekatan dengan beragai pusat perkantoran diantaranya Kantor Gubernur, Dinas
Kesehatan, Polda, dan lain sebagainya, serta dekat dengan pusat perbelanjaan,
tempat ibada seperti klenteng dll menjadikan lokasi ini mudah dijangkau serta
banyak dilalui oleh para konsumen.
Selain itu, brand yang
telah dimiliki karena usaha yang telah dijalankan sejak 24 tahun yang lalu,
serta kualitas yang dimiliki oleh Toko Manisan Lampung Yen Yen menjadikan toko
ini menjadikan pilihan berbelanja oleh-oleh Khas Lampung oleh Konsumen.
3. Konsep
Teori Maksimum Laba
Jika Teori Weber hanya
melihat sisi produksi yang melihat lokasi yang memberikan ongkos terkecil,
sedangkan Teori Losch yang hanya melihat sisi permintaan yaitu pada penermaan
maksimal yang dapat diproleh. D.M Smith menggabungkan kedua pandangan tersebut
dengan mencari lokasi yang memberikan keuntungan maksimal.
Terdapat tiga pendekatan perhitungan laba
maksimum, yaitu: Pendekatan Totalitas (Totality Approach), Pendekatan Rata-rata
(Average Approach), Pendekatan Marjinal (Marginal Approach). Berdasarkand data
yang dimiliki dari hasil survey dapat dilakukan perhitungan maksimum laba
berdasarkan pendekatan totalitas dan pendekatan rata-rata.
A.
Pendekatan
Totalitas (Totality Approach)
Pendekatan
ini membandingkan antara pendapatan total dengan biaya total, dengan rumus:


Jika
P merupakan harga jual per unit dan Q merupakan jumlah unit output yang
terjual, maka berdasarkan hasil wawancara diperoleh data:
No
|
Jenis
|
Harga
|
1
|
Kripik pisang aneka Yen Yen: Rasa
coklat, susu, moka, keju, duren, stroberi, melon, kopi, durian, rasa original
a.
130
gram
b.
225
gram
c.
450
gram
d.
900
gram
|
Rp.10.500
Rp. 11.500
Rp. 24.000
Rp. 46.000
|
2
|
Kripik Singkong Balado Salam 400
gram
|
Rp. 18.500
|
3
|
Kripik Sinjai Karet Merah 400 gram
|
Rp. 18.500
|
4
|
Dodol Durian Berkat 200 gram
|
Rp. 17.000
|
5
|
Lempok Durian Yen Yen
a.
200
gram
b.
400
gram
|
Rp. 23.000
Rp. 43.000
|
6
|
Kripik Nangka Yen Yen
a.
130
gram
b.
200
gram
c.
400
gram
|
Rp. 22.000
Rp. 32.000
Rp. 61.000
|
7
|
Stik Keju Murni
a.
200
gram
b.
400
gram
|
Rp. 20.000
Rp. 37.000
|
8
|
Sambal Lampung Yen Yen 350 gram
|
Rp. 27.500
|
9
|
Kemplang Super Ango Kecil
|
Rp. 10.000
|
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui
bahwa total biaya produksi selama satu bulan untuk manisan Lampung Yen Yen
adalah sekitar Rp. 714.000.000 ditambah dengan biaya transportasi yang
mencangkup jasa karyawan, makan, bensin, dll sebesar Rp.15.000.000 setiap
bulannya, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk produksi selama satu
bulan, yaitu:


Sedangkan keuntungan yang didapat dari
usaha ini mencapai Rp.252.000.000 per bulannya, sehingga berdasarkan pendekatan
totalitas dapat diketahui bahwa jumlah
total biaya per bulan dari usaha ini (TC) adalah sebesar Rp. 729.000.000 dengan
total penerimaan (TR) berkisar sebesar Rp. 981.000.000, sehingga mampu menghasilkan
laba atau keuntungan (π) sebesar Rp. 252.000.000 setiap bulannya.
Implikasi
dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi penjualan
maksimum (maximum selling). Hal ini dikarenakan semakin besar jumlah penjualan
maka akan semakin besar laba yang diperoleh.
B.
Pendekatan
Rata-rata (Average Approach)
Dalam pendekatan ini perhitungan laba
per unit dilakukan dengan membandingkan antara biaya produksi rata-rata (AC)
dengan harga jual output (P) kemudian laba total dihitung dari laba per unit
dikali dengan jumlah output yang terjual.
π = (P - AC).Q
Untuk jumlah output (Q) yang digunakan
dalam perhitungan ini didasarkan pada jumlah permintaan efektif maksimum Toko
Manisan Lampung Yen Yen setiap harinya untuk setiap produk, sehingga total
output yang dihasilkan yaitu 4.500 buah, 500 dikalikan jumlah jenis dari produk
yang dijual. Karena total produk yang dijual oleh Toko Manisan Lampung Yen Yen
tidak hanya satu jenis, maka harga jual output (produksi) merupakan penjumlahan
dari keseluruhan output yang dihasilkan dan dijual oleh Toko Manisan Lampung
Yen Yen yaitu sebesar Rp.421.500. Sedangkan untuk Average Cost (AC) diperoleh
dari Biaya Total (TC) dibagi dengan total output dan diperoleh yaitu sebesar
Rp. 162.000 (729.000.000/4.500).
Berdasarkan pendekatan ini, perusahaan
akan memproduksi output jika P>AC dan berada dalam BEP jika P=AC. Sebaliknya
jika P<AC maka perusahaan tidak akan melakukan produksi. Dari hasil diatas
diketahui bahwa P (421.500) > AC (162.000). Sehingga persahaan akan terus
memproduksi karena output yang dihasilkan mampu memberikan keuntungan bagi
perusahaan dalam hal ini yaitu Toko Manisan Lampung Yen Yen
Dengan asumsi jumlah produk adalah
sama maka dapat dibuat kurva average cost bauk yang bervariasi dengan lokasi
maupun yang terkait dengan lokasi. Kemudian kedua kurva itu digaung dimana
terdapat selisih average revenue dikurangi average cost adalah tertinggi maka
itulah lokasi yang memberikan keuntungan maksimal. Diketahui bahwa Average Cost
adalah sebesar Rp. 162.000 dan Average Revenue Sebesar Rp. 218.000, sehingga
AR-AC = 218.000- 162.000= 56.000

BAB
IV
KESIMPULAN
(LESSON LEARNED)








REFERENSI
Tarigan, Robinson.
2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah.
Jakarta : Bumi Aksara Djojodipuro Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Jakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
LAMPIRAN




Pemilik
serta Pegawai Toko Manisan Lampung Yen Yen,
Kami
mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung. Dalam hal ini kami sedang melakukan penelitian mata kuliah Teori
Lokasi. Kuisioner ini berhubungan dengan analisis pemilihan lokasi toko Manisan
Lampung Yen Yen berdasarkan teori lokasi yang selama ini telah dikembangkan.
Hasil kuisioner ini ditujukkan untuk tugas penelitian dan dapat dijadika
referensi lokasi pembelian oleh-oleh khas Lampung bagi para turis dan wisatawan
yang datang mengunjungi Provinsi Lampung.
Atas
bantuan, kesediaan waktu, dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
|

Isi
(…………) sesuai dengan pendapat anda
1. Alasan
apa yang mendasari pemilihan lokasi toko Manisan Lampung Yen Yen berada di
wilayah Teluk Betung?
2. Sudah
berapa lama usaha ini berjalan?
3. Produk
apa saja yang menjadi unggulan di Toko Manisan Lampung Yen Yen?
4. Dari
manakah bahan baku produk berasal?
5. Berapakah
berat bahan baku untuk menghasilkan produk yang akan dijual di Toko Manisan
Lampung Yen Yen?
6. Berapakah
berat produk yang dihasilan dari input yang digunakan?
7.
Berapakah biaya transportasi yang
dikeluarkan untuk mengangkut produk dari tempat produksi ke toko?
8. Berapakah
biaya produksi yang dikeluarka untuk menghasilkan produk?
9. Berapakah
jumlah tenaga kerja yang bekerja di Toko Manisan Lampung Yen Yen ini?
10. Berapakah
upah dari setiap pekerja yang bekerja di Toko Manisan Lampung Yen Yen?
11. Berapakah
jarak dari tempat produksi atau penjualan ke sumber bahan baku?
12. Berapakah
jumlah pengunjung/ konsumen per hari yang datang ke Toko Manisan Lampung Yen
Yen?
13. Berapakah
keuntungan yang biasa didapatkan dari penjualan produk di Toko Manisan Lampung
Yen Yen?
14. Apakah
keunggulan dari produk yang dijual di Toko Manisan Lampung Yen Yen dibandingka
toko lainnya yang sejenis?
No comments:
Post a Comment