Tuesday, 2 June 2015

Analisis Teori Lokasi Weber, Losch, dan Maksimum Laba Smith Pada Lokasi Sentral Oleh-oleh Khas Lampung Toko Manisan Lampung Yen Yen

Analisis Teori Lokasi Weber, Losch, dan Maksimum Laba Smith
Pada Lokasi Sentral Oleh-oleh Khas Lampung Toko Manisan Lampung Yen Yen




Oleh:
1.     Ria Pujianti                              1211021097
2.     Rina Anggraini            1211021099
3.     Rini Novia Napitupulu             1211021100
4.     Richa Susanti                          1211021098
5.     Emia Sri Kirana                       1211021044
6.     Sinta Anggraeni                      1211021108




EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang
Oleh – oleh atau buah tangan merupakan suatu cindramata yang dibawa oleh seseorang yang berkunjung ke suatu tempat dimana cindrama tersebut dapat berupa makanan khas daerah yang dikunjungi atau sebuah souvenir. Indonesia sendiri merupakan salah satu Negara yang menjadi destinasi wisata bagi para wisatawan dunia. Dengan keindahan alam yang dimiliki serta keramah tamahan masyarakatnya yang dikenal dunia, membuat Indonesia menjadi salah satu Negara tujuan wisata para wisatawan dari berbagai penjuru dunia.
Perkembangan Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara, Rata-rata Perjalanan, Pengeluaran per Perjalanan Total Pengeluaran
Tahun 2009-2013
Tahun
Perjalanan (Ribuan)
Rata-rata Perjalanan (Kali)
Pengeluaran Per Perjalanan (Ribuan Rp)
Total Pengeluaran (Triliun Rupiah)
2009
229.731
1,92
600,30
137,91
2010
234.377
1,92
641,76
150,41
2011
236.753
1,94
679,58
160,89
2012
245.290
1,98
704,68
172,85
2013
250.036
1,92
711,26
177,84
Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS

Dapat terlihat dari data diatas bahwa jumlah perjalanan dan pengeluaran wisatawa di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dapat menjadi peluang baru bagi pendapatan nasional maupun daerah di Indonesia jika mampu memanfaatkan kondisi ini. Salah satu yang dapat dikembangkan adalah pengembangan sentra oleh-oleh. Selain sebagai salah satu sumber pendapatan baru, sentra oleh-oleh juga dapat menjadi salah satu ciri khas untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke dunia internasional.
Provinsi Lampung merupakan salah satu Provinsi yang memiliki hasil perkebunan yaitu buah pisang. Selain dikirim keluar Lampung dalam bentuk buah pisang yang masih utuh, Provinsi Lampung sendiri mengolah pisang menjadi olahan kripik pisang. Dengan berkembangnya beberapa daya tarik wisata di beberapa wilayah di Lampung serta potensi yang dimiliki Provinsi Lampung untuk dijadikan destinasi wisata Indonesia menurut Pengembangan Destinasi Wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tentu saja memberikan peluang tersendiri bagi pengusaha-pengusaha baru untuk menciptakan bisnis baru.
Salah satu bisnis yang menarik yaitu toko oleh-oleh. Bahkan dibeberapa daerah wisata justru souvenir atau oleh-oleh memegang peranan penting dalam kemajuan di daerah tersebut. Salah satunya Industri  yang mengolah pisang menjadi aneka macam kripik pisang adalah Sentral Oleh-oleh Manisan  Yenyen. Dimana kripik pisang merupakan makanan ringan yang banyak digemari oleh masyarakat dan dapat dijangkau oleh semua kalangan sehingga kripik pisang menjadi salah satu makanan khas atau oleh – oleh dari provinsi Lampung, di samping itu kiripik pisang juga di jadikan sebagai oleh-oleh khas Lampung untuk bidang agroindustri ( industri makanan ) selain sebagai oleh-oleh atau buah tangan kripik pisang juga merupakan salah satu media promosi gratis bagi Provinsi Lampung karena secara tidak langsung wisatawan yang membeli kripik pisang / kripik pisang Yenyen akan pulang ke daerahnya masing - masing, dimana wisatawan itu juga akan mempromosikan Provinsi  Lampung di daerah asalnya, yang akan berimbas pada semakin banyaknya wisatawan lain yang akan dating ke Lampung dan dengan banyaknya wisatawan yang  datang akan menimbulkan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar lokasi industry  dan terjadinya pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat Lampung. Dengan adanya Industri kripik ini dapat menyerap tenaga kerja, meningkatkan nilai tambah pada komoditi itu sendiri dan menjadi sumber pendapatan bagi pemilik usaha tersebut yang diharapkan juga dapat berpengaruh dalam meningkatkan ekonomi masyarakat local. Sehingga dengan adanya industry kecil dapat berpengaruh terhadap perekonomian di provinsi tersebut. Dimana masyarakat memiliki suatu penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari – hari dan tidak hanya tergantung terhadap bantuan dari pemerintah.
Dalam pemilihan lokasi bisnis atau industri bisa dibilang membawa pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan industri dimasa yang akan datang. Maka penentuan suatu lokasi industry sangat ditentukan oleh aspek lingkungan sekitar yang akan dijadikan tempat berbisnis. Apalagi jika bisnisnya menitikberatkan pada operasinya di dunia nyata, bukan bisnis melalui dunia online. Pemilihan lokasi yang kurang tepat bisa mengakibatkan bisnis tidak berjalan sesuai keinginan yang diharapkan. Sehingga pemilihan lokasi tersebut sangatlah penting dalam mendirikan suatu industry yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pendapatan secara maksimal. Lokasi yang baik adalah suatu persoalan individual. Hal ini sering disebut pendekatan situasional atau contingency untuk pembuatan keputusan. Adapun faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan dalam pemilihan lokasi suatu industry yaitu harga tanah, dominasi masyarakat, peraturan-peraturan tenaga kerja dan relokasi, kedekatan dengan pebrik-pabrik dan gudang-gudang lain perusahaan maupun para pesaing, tingkat pajak, kebutuha untuk ekspansi, cuaca atau iklim, keamanan, serta konsekuensi pelaksanaan peraturan tentang lingkungan hidup.
1.2.     Rumusan Masalah
Dalam penjelasan di atas makalah ini akan menganalisis tentang Analisis Teori Webber, Teori August Losch, dan Maksimum Laba di tempat Sentral Oleh – oleh Manisan Yenyen.

1.3.     Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana penerapan Teori Webber, Teori August Losch, dan Maksimum Laba dalam pemilihan lokasi industry Sentral Oleh-oleh Manisan Yenyen di Provinsi Lampung.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Teori Lokasi Weber
Alfred Weber (1907 – 1933), memiliki teori yang  menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya diletakkan di tempat yang memiliki biaya yang paling minimal. Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum.  Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh lokasi optimum yang menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar.
Menurut Weber, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu faktor tenaga kerja dan biaya transportasi yang merupakan faktor regional yang bersifat umum serta faktor deglomerasi/aglomerasi yang bersifat lokal dan khusus. Weber berbasis kepada beberapa asumsi utama, antara lain:
1.     Lokasi bahan baku ada di tempat tertentu begitu pula dengan situasi dan ukuran tempat konsumsi, sehingga terdapat suatu persaingan sempurna.
2.     Ada beberapa tempat pekerja yang bersifat tak mudah bergerak.
Dalam menyusun konsepnya, Weber melakukan penyederhanaan dengan membayangkan adanya bentang lahan yang homogen dan datar, serta mengesampingkan upah buruh dan jangkauan pasaran.
Dengan menggunakan ketiga asumsi di atas, maka biaya transportasi akan tergantung dari dua hal, yaitu bobot barang dan jarak pengangkutan. Apabila yang menjadi dasar penentu bukan bobot melainkan volume, maka yang menentukan biaya pengangkutan adalah volume barang dan jarak pengangkutan. Pada prinsipnya, yang harus diketahui adalah unit yang merupakan hubungan fungsional dengan biaya serta jarak yang harus ditempuh dalam pengangkutan itu (memiliki tarif sama). Di sini dapat diasumsikan bahwa harga satuan angkutan sama, sehingga perbedaan biaya angkutan hanya disebabkan oleh perbedaan berat benda yang diangkut dan jarak yang ditempuh. 
Apabila IM>1, perusahaan akan berlokasi dekat ke bahan baku dan apabila IM<1 perusahaan akan berlokasi dekat dengan pasar. Weber mengelompokkan industri menjadi dua, yaitu industri yang weight losing (industri yang hasil produksinya memiliki berat yang lebih ringan daripada bahan bakunya, misalnya industri kertas. Industri ini memiliki indeks material <> 1). Dengan indeks material > 1, maka biaya transportasi bahan baku menuju pabrik akan lebih mahal apabila dibandingkan dengan biaya transportasi produk jadi menuju pasaran (market). Oleh karena itu, lokasi pabrik seharusnya diletakkan di dekat sumber bahan baku (resources oriented). Sebaliknya, bagi industri yang berjenis weight gaining, maka lokasi industri lebih baik diletakkan di dekat pasar. Penggunaan kedua prinsip untuk menentukan lokasi industri di atas akan mengalami kesulitan apabila berat benda yang masuk ke dalam perhitungan tidak jauh berbeda.
Pada intinya, lokasi akan optimal apabila pabrik berada di sentral, karena biaya transportasi dari manapun akan rendah. Biaya tersebut berkaitan dengan dua hal, yaitu transportasi bahan mentah yang didatangkan dari luar serta transportasi hasil produksi yang menuju ke pasaran.
Weber juga menjelaskan mengenai adanya gelaja aglomerasi industri. Gejala aglomerasi merupakan pemusatan produksi di lokasi tertentu. Pemusatan produksi ini dapat terjadi dalam satu perusahaan atau dalam berbagai perusahaan yang mengusahakan berbagai produk. Gejala ini menarik industri dari lokasi biaya angkutan minimum, karena membawakan berbagai bentuk penghematan ekstern yang disebut Aglomeration Economies. Tentu saja perpindahan ini akan mengakibatkan kenaikan biaya angkutan, sehingga dilihat dari segi ini tidak lagi optimum. Oleh karena itu, industri tersebut baru akan pindah bila penghematan yang dibawa oleh Aglomeration Economies lebih besar daripada kenaikan biaya angkutan yang dibawakan kepindahan tersebut.
Perkembangan suatu kawasan (region) berasal dari satu titik, yaitu pusat kota yang dalam tahap selanjutya bersifat menyebar. Setiap perkembangan yang terjadi pada suatu kawasan, terutama dalam kaitannya dengan sektor industri, akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mendorong perkembangan sektor-sektor lainnya. Maka, dapat dikatakan pula bahwa perkembangan suatu kawasan mempunyai dampak terhadap perkembangan kota yang berada di sekitarnya.
Salah satu faktor yang juga mempengaruhi perkembangan kawasan industri tersebut adalah terdapatnya sarana transportasi yang memadai. Peranan sarana transportasi ini sangat penting bagi suatu kawasan untuk menyediakan aksesibilitas bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan barang dan jasa, serta untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Semakin kecil biaya transportasi antara lokasi bahan baku menuju pabrik dan dari pabrik menuju pasaran (market), maka jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut bahan baku maupun hasil produksi juga akan semakin rendah.
Dengan memperhitungkan berat bahan baku = w (S1) ton yang akan ditawarkan di pasar M, w (S1) dan w (S2) ton material yang berasal dari masing-masing S1 dan S2 yang diperlukan, masalahnya berada dalam mencari lokasi pabrik yang optimal P terletak di masing-masing jarak d (M), d (S1) dan d (S2). Beberapa metodologi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah seperti menggambarkan sebuah analogi ke dalam sistem bobot dan pulleys (Varignon's solusi) atau menggunakan trigonometri. Cara lain yang biasanya dipilih oleh para ahli geografi adalah dengan SIG.
Teori Lokasi Weber ini bisa menjelaskan dengan sangat baik mengenai indutri berat mulai revolusi industri sampai dengan pertengahan abad dua puluh. Bahwa kegiatan yang lebih banyak menggunakan bahan baku cenderung untuk mencari lokasi dekat dengan lokasi bahan baku, seperti pabrik alumunium lokasinya harus  dekat lokasi tambang dan dekat dengan sumber energi (listrik). Kegiatan yang menggunakan bahan baku yang mudah ditemukan dimana saja seperti air, cenderung dekat dengan lokasi pasar. Untuk menilai masalah ini, Weber mengembangkan material index  yang diperoleh dari berat input dibagi berat dari produk akhir (output). Jika material indexnya lebih dari 1 maka lokasi cenderung kearah dekat dengan bahan baku, jika kurang dari 1 maka penentuan lokasi industri cenderung  mendekati pasar.
Industri primer adalah Industri yang menghasilkan barang-barang tanpa pengolahan lebih lanjut sehingga bentuk dari bahan baku/mentah masih tampak. Contohnya industri pengasinan ikan, penggilingan padi, anyaman.  Jadi industri primer ini aktivitasnya lebih banyak menggunakan bahan baku,  sehingga menurut teori webber lokasi industrinya yang tepat adalah dekat dengan bahan baku.

2.2     Teori August Losch
August Losch menulis sebuah teori lokasi didalam bukunya yang berjudul Economics of Location pada tahun 1954. Berbeda dengan teori Weber yang mengungkapkan teori lokasinya berdasarkan letak bahan baku, teori Losch mengungkapkan teorinya berdasarkan kemampuan sebuah produksi untuk menjaring konsumen sebanyak-banyaknya.
Maksudnya, semakin jauh dari pasar maka konsumen menjadi enggan membeli karena mahalnya biaya transportasi menuju tempat penjualan yang jauh. Sehingga produsen harus memilih lokasi industri yang mempunyai tempat yang cukup dekat dengan konsumen agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal.
Dalam teorinya, Losch lebih menyarankan agar lokasi industri terletak di pasar atau mendekati pasar. Ini mempunyai tujuan untuk menemukan pola lokasi industri sehingga dapat ditemukan keseimbangan spasial antar lokasi. Menurut pendapat Losch, dalam lokasi industri yang tampak tidak teratur dapat ditemukan pola keberaturan. Oleh karena itu Losch merupakan pendahulu dalam mengatur kegiatan ekonomu secara spasial dan merupakan pelopor dalam teori ekonomi regional modern. Teori Losch berasumsi bahwa suatu daerah yang homogen yang mempunyai distribusi sumber bahan mentah dan sarana angkutan yang merata serta selera konsumen yang sama. Contoh kegiatan tersebut merupakan pertanian yang mempunyai skala kecil yang pada dasarnya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan masing-masing petani. Akan timbul perdagangan baru apabila terdapat kelebihan produksi.
Untuk memperoleh keseimbangan, maka ekonomi ruang Losch harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1.     Setiap lokasi industri harus menjamin keuntungan maksimum bagi penjual maupun pembeli.
2.     Terdapat cukup banyak usaha pertanian dengan penyebaran cukup merata sehinggan seluruh permintaan yang ada dapat dilayani.
3.     Terdapat free entry dan tak ada petani yang memperoleh super-normal profit sehingga tak ada rangsangan bagi petani dari luar untuk masuk dan menjual barang yang sama di daerah tersebut.
4.     Daerah penawaran adalah sedemikian hingga memungkinkan petani yang ada untuk mencapai keuntungan dengan besar maksimum.
5.     Konsumen bersifat indifferent terhadap penjual manapun dan satu-satunya pertimbangan untuk membeli dengan harga yang rendah.
Pada teori ini, wilayah pasar bisa berubah jika terjadi inflasi (perubahan) harga. Hal ini disebabkan karena produsen tidak dapat memenuhi permintaan dikarenakan jarak yang terlalu jauh sehingga mengakibatkan biaya transportasi naik. Ini akan mengakibatkan harga jualnya juga naik. Karena tingginya harga jual, maka pembelian juga akan berkurang. Hal ini mendorong petani untuk melakukan proses produksi yang sama untuk memenuhi permintaan yang belum terlayani. Dengan banyaknya petani yang menawarkan produk yang sama, maka akan terjadi keadaan seperti berikut:
1.     Permintaan dari seluruh daerah akan terpenuhi.
2.     Akan terjadi persaingan antar petani penjual yang semakin tajam dan berebut pembeli.
Menurut pendapat Losch pada akhirnya luas daerah pasar masing-masing petani penjual akan menyempit dan dalam keseimbangannya akan terbentuk segienam beraturan. Bentuk ini menggambarkan daerah penjualan terbesar yang masih dapat dikuasai setiap penjual dan berjarak minimum dari tempat lokasi kegiatan produksi yang bersangkutan. Keseimbangan yang dicapai dalam teori ini berasumsi bahwa harga hanya dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran, oleh karena apabila penjual menaikkan harga jualnya maka keseimbangannya akan terganggu. Ini akan berakibat bukan hanya pada pasar yang semakin menyempit karena konsumen tidak mampu membeli tetapi sebagian pasar akan hilanh dan direbut oleh prnjual yang berdekatan.
Salah satu cara untuk memperluas jangkauan pasar dapat dilakukan dengan menjual barang yang berbeda dari yang sudah ditawarkan.
Teori sektor yang dikemukakan olah Losch menyebutkan bahwa jaringan heksagon tidaklah sama penyebarannya. Tetapi di sekeliling tempat sentralnya masih ada enam faktor yang memiliki wilayah luas dan ada enam sektor yang memiliki wilayah sempit. Oleh karena itu Losch menggambarkan teori tersebut dalam bentuk roda.

Roda Losch
Menurut Losch, munculnya daerah pasar disekeliling setiap tempat sentral juga dipengaruhi oleh adanya jaringan daerah-daerah pasar untuk setiap kelompok barang. Jaringan-jaringan ini terletak secara sistematis di dalam wilayah-wilayah ekonomi yang terbagi di seluruh dunia menurut hukum tertentu.
2.3           Laba Maksimum
Dalam memproduksi suatu produk kadang Produsen akan selalu memilih produksi dimana bisa memperoleh keuntungan yang paling besar (maksimum). Bila telah mencapai posisi ini, produsen dikatakan telah berada di posisi ekuilibrium. Dikatakan posisi ekuilibrium karena pada posisi ini tidak ada kecenderungan baginya untuk mengubah tingkat harga dan produksi, sebab jika dilakukan perubahan pada salah satu komponen tersebut maka total keuntungan justru menurun.
Untuk mengetahui produk yang mencapai posisi ekuilibrium atau laba maksimum dapat dilakukan dengan cara :
1.     Pendekatan total penerimaan (TR) dan total biaya (TC), dicari selisih antara TR dan TC yang paling besar.
2.     Dengan pendekatan hasil penerimaan marginal (MR) dan biaya marginal (MC) dimana MR = MC (penerimaan marginal sama dengan biaya marginal).
Terdapat tiga pendekatan perhitungan laba maksimum (Rahardja, Manurung) yaitu :
1.     Pendekatan Totalitas (totality approach)
Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Jika harga jual per unit output (P) dan jumlah unit output yang terjual (Q), maka TR = P.Q. Biaya total adalah jumlah biaya tetap (FC) ditambah biaya variable per unit(v) dikali biaya variable per unit, sehingga:

π = P.Q – (FC + v.Q)

Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi penjualan maksimum (maximum selling). Sebab semakin besar penjualan makin besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung berapa unit output yang harus diproduksi untuk mencapai titik impas. Kemudian besarnya output tadi dibandingkan dengan potensi permintaan efektif.

2.     Pendekatan Rata-rata (average approach)
Dalam pendekatan ini perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P) kemudian laba total dihitung dari laba per unit dikali dengan jumlah output yang terjual.

π = (P - AC).Q

Dari persamaan ini, perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output (P) lebih tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan akan mencapai angka impas bila P sama dengan AC.
Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan besarnya P dengan AC. Bila P lebih kecil atau sama dengan AC, perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi pendekatan rata-rata adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual sebanyak-banyaknya (maximum selling) agar laba (π) makin besar.

3.     Pendekatan Marginal (marginal approach)
Perhitungan laba dilakukan dengan membandingkan biaya marginal (MC) dan pendapatan marginal (MR). Laba maksimum akan tercapai pada saat MR = MC.
π = TR – TC

Laba maksimum tercapai bila turunan pertama fungsi π(δ π /δQ) sama dengan nol dan nilainya sama dengan nilai turunan pertama TR (δTR/ δQ atau MR) dikurangi nilai turunan pertama TC (δTC/ δQ atau MC). Sehingga MR – MC = 0. Dengan demikian, perusahaan akan memperoleh laba maksimum bila ia berproduksi pada tingkat output di mana MR = MC.






BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI DAN PEMBAHASAN (ANALISIS)

3.1  Gambaran Umum Wilayah Studi
Toko Manisan Lampung Yen Yen merupakan toko oleh-oleh khas Lampung yang telah berdiri selama 24 tahun, sejak tahun 1991. Toko Manisan Lampung Yen Yen teletak di daerah Teluk Betung, Bandar Lampung. Lebih tepatnya toko ini berada di Jalan Ikan Kakap Nomor 86, Teluk Betung Banda Lampung.
Terletak di daerah yang mayoritas berdiri bangunan-bangunan tua tersebut banyak berjejer toko makanan ringan. Toko ini menjajakan makanan khas Lampung yang bisa dijadikan buah tangan. Toko yang sangat terkenal dan biasanya menjadi rujukan untuk para pelancong ini satu baris dengan Vihara/Klenteng yang bercat merah. Selain itu, toko ini juga berdekatan dengan beberapa kantor pemerintah dan swasta seperti Kantor Gubernur, Kantor Imigrasi, Bank Indonesia, dan beberapa kantor lainnya. Tokonya berbentuk ruko namun tidak terlalu besar. Toko ini menjadi istimewa karena menjual oleh-oleh dengan rasa yang sudah terbukti dengan harga yang terjangkau dengan mayoritas merk sendiri yaitu ’Yen Yen’.
Toko Manisan Lampung Yen Yen dapat menjadi referensi bagi para turis dan wisatawan yang berkunjung ke Lampung untuk membeli buah tangan khas dari Provinsi Lampung. Selain memberikan harga yang murah dan terjangkau, produk toko Manisan Lampung Yen Yen juga memiliki keunggulan dibandingkan toko lainnya yang sejenis, diantaranya:
a.     Produk yang dijual selalu baru. Hal ini dikarenakan produk yang dijual di toko ini selalu laris manis sehingga produk yang disediakan selalu habis terjual sebelum tanggal expired dari produk tersebut.
b.     Produk yang dijual di Toko Manisan Lampung Yen Yen sangat higienis. Hal ini karena kebersihan produk selalu menjadi factor utama dalam memproduksi produk yang akan di jual di toko Manisan Lampung Yen Yen.
c.      Dalam hal rasa, kualitas dari produk yang dijual di Toko Manisan Lampung Yen Yen sangatlah gurih. Selain itu, terdapat berbagai varian rasa seperti keju, susu, duren, strawberry, coklat, melon, dll.
d.     Dari segi kualitas tentunya kualitas dari produk yang dijual di toko ini sangatlah baik karena toko ini sangat mementingkan loyalitas dari konsumennya.
e.     Pelayanan yang ramah dan murah senyum dari semua pegawai di toko ini.
f.       Terdapat jasa pesan antar baik untuk daerah Bandar Lampung maupun di luar Bandar Lampung.
3.2  Pembahasan (Analisis)
Dalam melakukan survey di Toko Manisan Lampung Yen Yen terkait dengan pemilihan lokasi berdasarkan teori Weber, Losch, dan Maksimum Laba Smith, diajukan beberapa pertanyaan yaitu:

a.     Mengapa pemlihan lokasi ini terletak di teluk?
b.     Sudah berapa lama usaha ini berjalan?
c.      produk apa saja yang menjadi unggulan Manisan Yen Yen ini?
d.     Darimanakah bahan baku produk berasal?
e.     Berapa kg berat bahan baku untuk menghasilkan produk?
f.       Berapa jarak ke bahan baku?
g.     Berapakah besar produk yang dihasilkan dari input yang digunakan?
h.     Berapa besarnya biayaangkut untuk membawa bahan baku?
i.       Berapakah jumlah tenaga kerja di tempat usaha manisan Yenyen ini?
j.       Berapakah pendapatan/omzet usaha ini per bulannya?
k.      Berapakah pendapatan perbulan setiap tenaga kerja di tempat usaha ini?
l.       Berapakah rata-rata jumlah pengunjung/konsumen rata-rata perhari?
m.    Berapakah biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk?
n.     Apakah keunggulan manisan Yenyen dibandingkan dengan toko lainnya yang sejenis?
Berikut ini merupakan hasil analisis pemilihan lokasi dengan beberapa teori lokasi:
1.     Konsep Teori Weber dalam Pemilihan Lokasi Oleh-oleh Khas Lampug Yen-Yen
Toko Oleh-oleh khas Lampung Yen Yen berlokasi di Jalan Ikan Kakap No.86, Teluk Betung Selatan, Kota Bandar Lampung.  Berdasarkan hasil wawancara langsung pada hari Sabtu tanggal 30 mei 2015, pemilihan Lokasi toko sentral oleh-oleh ini didasarkan pada lokasi yang dekat dengan rumah pemilik toko oleh-oleh khas Lampung Yen Yen atau yang lebih dikenal dengan toko Manisan Lampung Yen Yen. Selain itu tempat yang dianggap strategis  ini karena dekat dengan pusat perkantoran, perbelanjaan, klenteng (tempat ibadah), dll juga menjadi salah satu alasan pemilihan lokasi Manisan Lampung Yen Yen.
Jika dicoba dianalisa melalui Teori Weber yang mendasarkan teorinya bahwa pemilihan lokasi Industri didasarkan pada Prinsip Minimisasi Biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industry tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. 
Menurut Weber, biaya transportasi merupakan factor utama dalam melakukan lokasi. Yang diukur berdasakan berat lokasional. Dalam industry Manisan Lampung Yen Yen, berat lokasional antara setiap bahan baku adalah sama. Dengan pengangkutan yang dilakukan dengan truk milik pribadi sehingga mampu menghemat biaya transportasi yang hanya Rp.200.000 setiap kali angkut, dan dilakukan setiap dua hari sekali. Total bahan baku yang diangkut setiap 2 hari sekali yaitu 1 ton setiap angkut untuk memenuhi permintaan pasar dan tetap menjaga kualitas dari produksi Manisan Lampung Yen Yen tersebut.
Sehingga untuk menunjukkan apakah lokasi optimum lebih dekat ke lokasi baha baku atau pasar, Weber merumuskan Indeks Material (IM) sebagai berikut:
Dimana jika IM>1 maka perusahaan akan berlokasi dekat ke bahan baku, dan apabila IM<1 Maka perusahaan akan berlokasi dekat dengan pasar.
Jika berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa setiap harinya toko ini membutuhkan 1 ton bahan baku untuk kegiatan produksinya, sedangkan dari 1 ton itu menghasilkan 700 kg produk akhir. Jika dilihat dari hal tersebut maka perhitungan Indeks Material akan menjadi:
Berdasarkan perhitungan diatas, nilai Indeks Material Weber adalah sebesar 1,42 atau >1, hal ini menunjukkan bahwa lokasi optimum weber seharusnya adalah dekat dengan banhan baku.
Namun, lokasi bahan baku yang banyak dan tersebar di seluruh daerah di Provinsi Lampung menyulitkan pemilihan lokasi dekat dengan bahan baku optimum berdasarkan berat lokasional Weber. Selain itu pengangkutan bahan baku yang menggunakan truk pribadi membuat biaya untuk memperoleh bahan baku operasonal lebih rendah.
Pemilihan lokasi yang tidak dekat dengan bahan baku didasarkan pada keuntunga non transportasi, antara lain upah buruh yang lebih murah/ lebih mudah diperoleh, lebih tersedianyan fasilitas pendukung seperti pasar untuk kebutuhan sehati-hari, faslitas kesehatan, listrik, air, telekomunikasi dan lain-lain. Artinya, apabila industry memilih lokasi di tempat tersebut, tambahan biaya transportasi akan diimbangi oleh penghematan di luar biaya transportasi.
Biaya tenaga kerja merupakan factor kedua yang dapat mempengaruhi lokasi industry. Jika penghematan biaya tenaga kerja per unit produksi lebih besar daripada tambahan biaya transportasi per unit produksi akan menyebabkn berpindahnya lokasi ke dekat sumber tenaga kerja dibandingkan dengan sumber bahan baku dengan biaya transportasi terendah. Jika dilihat dari produksi yang dilakukan dalam industry manisan Lampung Yen Yen, maka penempatan lokasi akan lebih baik dekat dengan sumber tenaga kerja.
Jika dilihat biaya transportasi untuk setiap pengiriman bahan baku yang dilakukan dalam satu hari adalah Rp.200.000, maka dalam satu bulan memerlukan dana rata-rata sebesar Rp.3.000.000 sebagai biaya transportasi untuk truk milik pribadi. Sedangkan upah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk 20 orang pegawai dalam satu bulan dengan gaji katakanlah minimal sebesar UMR Bandar Lampung sebesar Rp.1.757.000 maka dalam satu bulan memerlukan dana rata-rata sebesar Rp.35.140.000 untuk biaya tenaga kerja terendah. Jika memutuskan untuk pindah ke lokasi dekat sumber bahan baku untuk menurunkan biaya transportasi maka justru tambahan biaya tenaga kerja akan lebih besar dibandingkan penghematan dalam biaya transportasi. Terlebih lagi bahan baku yag tidak hanya didapat dari satu lokasi melainkan banyak lokasi sehingga biaya transportasi pasti ada dan hanya berkurang sedikit. Keterampilan dan keahlian tenaga kerja baru juga harus diperhitungkan dalam tambahan biaya tenaga kerja jika lokasi industry dipindahkan.

2.     Konsep Teori Losch
Berbeda dengan Weber yang melihat persoalan dari sisi produksi, Losch melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar), atau kemampuan produksi untuk menjamin konsumen sebanyak-banyaknya. Menurut Losch, lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang akan digarapnya. Semakin jauh dari pasar maka konsumen akan enggan membeli karena biaya transportasi yang semakin mahal. Untuk mengetahui lokasi tempat lokasi oleh-oleh Lampung yang dikenal dan banyak dikunjungi dilakukan wawancara oleh beberapa narasumber, dan hasil wawancara menghasilkan empat toko oleh-oleh khas Lampung yang banyak dikunjungi dan menjadi pesaing bagi Toko Manisan Lampung Yen-Yen. Dari hasil pertanyaan diperoleh:

Toko Oleh-Oleh
Alamat
Jumlah
Manisan Lampung Yen-Yen
Jl. Ikan Kakap No.86 Teluk Betung
18
Kripik Suseno
Jl. Ikan Kakap No.78 Teluk Betung
13
Kripik Mery
Jl. Pagar Alam Gg. PU
11
Askha Jaya
Jl. Pagar Alam Gg. PU
8
Sumber: Hasil Survey Peneliti







Berdasarkan data tersebut maka dilakukan survey dengan sampel di setiap daerah dan menghasilkan:

Jumlah Konsumen Toko Oleh-Oleh Khas Lampung
Di Teluk Betung dan Gg. PU Per Hari
Toko Oleh-oleh
Jumlah Konsumen
Minimal
Maksimal
Jalan Ikan Kakap, Teluk Betung
350
900
Jalan Pagar Alam Gg. PU
450
750

Dalam satu hari, toko manisan Lampung Yen Yen diketahui didatangi hampir sekitar 500 konsumen, paling sedikit toko ini melayani 200 konsumen. Jika dibandingkan dengan lokasi sentral oleh-oleh lainnya, maka dapat terlihat perbedaan jumlah konsumen antara
Dengan lokasi yang berada di Jalan Kakap Teluk Betung ini, toko manisan Lampung Yen Yen berada dalam lokasi yang strategis untuk menjangkau pangsa pasarnya. Lokasi yang berdekatan dengan beragai pusat perkantoran diantaranya Kantor Gubernur, Dinas Kesehatan, Polda, dan lain sebagainya, serta dekat dengan pusat perbelanjaan, tempat ibada seperti klenteng dll menjadikan lokasi ini mudah dijangkau serta banyak dilalui oleh para konsumen.
Selain itu, brand yang telah dimiliki karena usaha yang telah dijalankan sejak 24 tahun yang lalu, serta kualitas yang dimiliki oleh Toko Manisan Lampung Yen Yen menjadikan toko ini menjadikan pilihan berbelanja oleh-oleh Khas Lampung oleh Konsumen.

3.     Konsep Teori Maksimum Laba
Jika Teori Weber hanya melihat sisi produksi yang melihat lokasi yang memberikan ongkos terkecil, sedangkan Teori Losch yang hanya melihat sisi permintaan yaitu pada penermaan maksimal yang dapat diproleh. D.M Smith menggabungkan kedua pandangan tersebut dengan mencari lokasi yang memberikan keuntungan maksimal.
Terdapat tiga pendekatan perhitungan laba maksimum, yaitu: Pendekatan Totalitas (Totality Approach), Pendekatan Rata-rata (Average Approach), Pendekatan Marjinal (Marginal Approach). Berdasarkand data yang dimiliki dari hasil survey dapat dilakukan perhitungan maksimum laba berdasarkan pendekatan totalitas dan pendekatan rata-rata.
A.     Pendekatan Totalitas (Totality Approach)
Pendekatan ini membandingkan antara pendapatan total dengan biaya total, dengan rumus:
Jika P merupakan harga jual per unit dan Q merupakan jumlah unit output yang terjual, maka berdasarkan hasil wawancara diperoleh data:
No
Jenis
Harga
1
Kripik pisang aneka Yen Yen: Rasa coklat, susu, moka, keju, duren, stroberi, melon, kopi, durian, rasa original
a.     130 gram
b.     225 gram
c.      450 gram
d.     900 gram



Rp.10.500
Rp. 11.500
Rp. 24.000
Rp. 46.000
2
Kripik Singkong Balado Salam 400 gram
Rp. 18.500
3
Kripik Sinjai Karet Merah 400 gram
Rp. 18.500
4
Dodol Durian Berkat 200 gram
Rp. 17.000
5
Lempok Durian Yen Yen
a.     200 gram
b.     400 gram

Rp. 23.000
Rp. 43.000
6
Kripik Nangka Yen Yen
a.     130 gram
b.     200 gram
c.      400 gram

Rp. 22.000
Rp. 32.000
Rp. 61.000
7
Stik Keju Murni
a.     200 gram
b.     400 gram

Rp. 20.000
Rp. 37.000
8
Sambal Lampung Yen Yen 350 gram
Rp. 27.500
9
Kemplang Super Ango Kecil
Rp. 10.000

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa total biaya produksi selama satu bulan untuk manisan Lampung Yen Yen adalah sekitar Rp. 714.000.000 ditambah dengan biaya transportasi yang mencangkup jasa karyawan, makan, bensin, dll sebesar Rp.15.000.000 setiap bulannya, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk produksi selama satu bulan, yaitu:
Sedangkan keuntungan yang didapat dari usaha ini mencapai Rp.252.000.000 per bulannya, sehingga berdasarkan pendekatan totalitas dapat diketahui bahwa  jumlah total biaya per bulan dari usaha ini (TC) adalah sebesar Rp. 729.000.000 dengan total penerimaan (TR) berkisar sebesar Rp. 981.000.000, sehingga mampu menghasilkan laba atau keuntungan (π) sebesar Rp. 252.000.000 setiap bulannya.
Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi penjualan maksimum (maximum selling). Hal ini dikarenakan semakin besar jumlah penjualan maka akan semakin besar laba yang diperoleh.

B.     Pendekatan Rata-rata (Average Approach)
Dalam pendekatan ini perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P) kemudian laba total dihitung dari laba per unit dikali dengan jumlah output yang terjual.
π = (P - AC).Q
Untuk jumlah output (Q) yang digunakan dalam perhitungan ini didasarkan pada jumlah permintaan efektif maksimum Toko Manisan Lampung Yen Yen setiap harinya untuk setiap produk, sehingga total output yang dihasilkan yaitu 4.500 buah, 500 dikalikan jumlah jenis dari produk yang dijual. Karena total produk yang dijual oleh Toko Manisan Lampung Yen Yen tidak hanya satu jenis, maka harga jual output (produksi) merupakan penjumlahan dari keseluruhan output yang dihasilkan dan dijual oleh Toko Manisan Lampung Yen Yen yaitu sebesar Rp.421.500. Sedangkan untuk Average Cost (AC) diperoleh dari Biaya Total (TC) dibagi dengan total output dan diperoleh yaitu sebesar Rp. 162.000 (729.000.000/4.500).
Berdasarkan pendekatan ini, perusahaan akan memproduksi output jika P>AC dan berada dalam BEP jika P=AC. Sebaliknya jika P<AC maka perusahaan tidak akan melakukan produksi. Dari hasil diatas diketahui bahwa P (421.500) > AC (162.000). Sehingga persahaan akan terus memproduksi karena output yang dihasilkan mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam hal ini yaitu Toko Manisan Lampung Yen Yen
Dengan asumsi jumlah produk adalah sama maka dapat dibuat kurva average cost bauk yang bervariasi dengan lokasi maupun yang terkait dengan lokasi. Kemudian kedua kurva itu digaung dimana terdapat selisih average revenue dikurangi average cost adalah tertinggi maka itulah lokasi yang memberikan keuntungan maksimal. Diketahui bahwa Average Cost adalah sebesar Rp. 162.000 dan Average Revenue Sebesar Rp. 218.000, sehingga AR-AC = 218.000- 162.000= 56.000















BAB IV
KESIMPULAN (LESSON LEARNED)
*     Penentuan lokasi toko Manisan Lampung Yen Yen lebih didasarkan kepada teori Losch dan Maksimum Laba Smith dibandingkan teori Weber.
*     Factor utama yang mempengaruhi lokasi pendirian toko Manisan Lampung Yen Yen adalah factor lokasi  yang kemudian disusul dengan factor biaya dan risiko.
*     Pemilihan lokasi toko Manisan Lampung Yen Yen diutamakan dekat dengan pasar.
*     Berdasarkan teori Weber, lokasi toko Manisan Lampung Yen Yen optimum jika berada di dekat sumber bahan baku, namun karena sumber bahan baku yang banyak tersebar di seluruh Provinsi Lampung serta toko Manisan Lampung Yen Yen yang mampu menutup biaya transportasi denga keuntungan nontransportasi, maka toko Manisan Lampung Yen Yen.
*     Berdasarkan teori Losch, lokasi toko Manisan Lampung Yen Yen telah berada dalam lokasi dimana tempat permintaan tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi toko Manisan Lampung Yen Yen lebih dekat dengan pasar.
*     Berdasarkan teori Maksimum Laba Smith Pendekatan Totalitas dan Rata-rata, lokasi toko Manisan Lampung Yen Yen berada pada lokasi yang memberikan keuntungan untuk berproduksi dengan nilai P yang lebih dari AC pada pendekatan rata-rata.
*     Kekurangan dalam analisa lokasi toko Manisan Lampung Yen Yen adalah terbatasnya factor biaya dan analisa lebih didasarkan pada factor lokasi.
*     Dengan berbagai analisa yang dilakukan, tulisan ini dapat menjadi salah satu perencanaan bagi perusahaan jika ingin membangun cabang baru. Selain itu, tulisan ini juga dapat menjadi sebuah referensi bagi wisatawan yang berkunjung ke Lampung mengenai  lokasi toko oleh-oleh Khas Lampung.







REFERENSI

Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara Djojodipuro Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia


























LAMPIRAN
















Pemilik serta Pegawai Toko Manisan Lampung Yen Yen,
Kami mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Dalam hal ini kami sedang melakukan penelitian mata kuliah Teori Lokasi. Kuisioner ini berhubungan dengan analisis pemilihan lokasi toko Manisan Lampung Yen Yen berdasarkan teori lokasi yang selama ini telah dikembangkan. Hasil kuisioner ini ditujukkan untuk tugas penelitian dan dapat dijadika referensi lokasi pembelian oleh-oleh khas Lampung bagi para turis dan wisatawan yang datang mengunjungi Provinsi Lampung.
Atas bantuan, kesediaan waktu, dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
 
                                                                                                                                                    

Isi (…………) sesuai dengan pendapat anda


1.     Alasan apa yang mendasari pemilihan lokasi toko Manisan Lampung Yen Yen berada di wilayah Teluk Betung?



2.     Sudah berapa lama usaha ini berjalan?


3.     Produk apa saja yang menjadi unggulan di Toko Manisan Lampung Yen Yen?













4.     Dari manakah bahan baku produk berasal?


5.     Berapakah berat bahan baku untuk menghasilkan produk yang akan dijual di Toko Manisan Lampung Yen Yen?

6.     Berapakah berat produk yang dihasilan dari input yang digunakan?


7.     Berapakah biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mengangkut produk dari tempat produksi ke toko?


8.     Berapakah biaya produksi yang dikeluarka untuk menghasilkan produk?


9.     Berapakah jumlah tenaga kerja yang bekerja di Toko Manisan Lampung Yen Yen ini?

10.  Berapakah upah dari setiap pekerja yang bekerja di Toko Manisan Lampung Yen Yen?


11.  Berapakah jarak dari tempat produksi atau penjualan ke sumber bahan baku?

12.  Berapakah jumlah pengunjung/ konsumen per hari yang datang ke Toko Manisan Lampung Yen Yen?


13.  Berapakah keuntungan yang biasa didapatkan dari penjualan produk di Toko Manisan Lampung Yen Yen?

14.  Apakah keunggulan dari produk yang dijual di Toko Manisan Lampung Yen Yen dibandingka toko lainnya yang sejenis?






















No comments:

Post a Comment